Tetaplah Berlayar, Anakku


Tak terkata, nak, rasa mama ini. Melihatmu mandi, berkemas dan memakai seragammu, mama sesak di dada.

Buncah kerinduan belum sempat tertunaikan, 6 hari saja kau jejak kaki di rumah ini. Tak cukup sepertinya untuk mama, ayah, dan kedua adikmu. Belum surut tawa dan bahagia adik-adikmu bermain bersamamu, namun memang waktu tak dapat dicegat lajunya.


Biar hanya ayah yang tahu perihal air mata mama ini di pundaknya nak. Biar hanya Allah yang tahu mama tak rela hati kau pergi.
Tak sampai hati mama perlihatkan pilu padamu, lalu bagaimana kelak kau ingatkan itu di malam-malam sepimu?


“Mamak jangan panjang was-was, pepatah orang mengkasar sudah cukup ; 'anak laki-laki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut palang, meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang'.” --
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Hamka)


Ya, begitulah anakku…

Tetaplah berlayar, tetaplah mengemudi kapalmu, tetaplah teguh di tengah badai. Karena cinta mama, adalah samudera itu sendiri...

Comments

  1. Jadi terharu saya membacanya, mbak. Semoga Allah melindungi mbak sekeluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. *sodorin serbet...eh tissue ding :D*
      makasih ya kakaa Denny... allahumma aamiin...
      Allah yubarik fiik :)

      Delete

Post a Comment

Terimakasih yaa sudah mampir dan berkomentar ^^

Popular Posts