Freeze The Moment :)
Sebenarnya ini bukan hal yang baru buat saya. Almarhum abah
saya seorang penyuka fotografi. Puluhan album tua di dalam lemari dan dua buah kamera jadul
milik beliau buktinya. Sepertinya beliau ingin mencapture semua momen dalam
hidup keenam anak-anaknya. Terbukti benar, saya sering membuka album lawas demi
mengobati rindu kepada mama, abah dan kelima kakak-kakak saya. Kalau sudah
begitu, waktu rasanya terbang ke masa lalu, menghadirkan kembali sosok-sosok di
dalam foto ke dalam bilik kenangan, dan saya akan duduk terdiam lama sekali. Oh
oh, si bungsu sering rindu, hehe…
Untuk saya pribadi, fotografi menjadi semacam kebutuhan
batin untuk mengabadikan momen-momen penting gak penting, yang saya tahu suatu
saat saya, suami dan anak-anak bakalan tersenyum kala melihat foto-foto itu. Suatu
saat di saat rindu menyapa, dengan membolak-balik album akan sedikit terobati. In shaa Allah kalau yang ini akan menjadi
album pribadi yang mungkin saya gak akan pernah share di media social manapun.
Nah, membahas fotografi, sekarang saya memang sedang jatuh
cinta sekali dengan foodphotography. Banyak hal yang saya pelajari di sini. Banyak
hal yang saya belum tahu dan akhirnya tahu, dan hey, you know what, ini menyenangkan loh… freeze
the moment di saat makanan yang kita masak sendiri menjadi sebuah karya
berselera dan benar-benar diatur biar yang melihat tempting, di situlah letak keberhasilan
sebuah karya food photography.
Iya, saya memang masih pemula sekali dalam bidang ini. Gadget
yang saya miliki pun baru sebatas kamera saku. Namun seperti yang sering
teman-teman bilang ke saya, justru di situlah letak tantangannya, memanfaatkan
apa yang kita punya untuk menciptakan karya bagus, yang gak kalah dengan mereka
yang pegang kamera pro. Ahaha, tentu saja saya tetap menyimpan mimpi untuk
punya kamera bagus dan layak, yang saya tahu foto-foto yang dihasilkan pun
pasti lebih keren. Aminkan saja ya pemirsa, hehehe…
Belajar lighting, memotret di waktu tepat dan spot yang pas
itu butuh waktu. Butuh waktu dan latihan yang gak sedikit. Ketika kita melihat
sebuah foto bagus (dengan lighting oke dan kompo oke) lalu kita tiru plek
ketiplek sama, belum tentu bisa sebagus yang kita tiru. Kenapa? Karena jelas,
beda spot, beda lokasi, beda intensitas cahaya, dan tentu saja beda kamera,
bakal bikin hasil yang berbeda pula. Di atas semua itu, hal yang paling nentuin
sebuah gambar bagus atau enggak yaa (kalau kata sahabat saya) adalah woman/man
behind the gun. Ceileeeh… Tapi beneran loh, mau gadgetnya canggih kayak apa,
kalo yang megang gak berbekal pengetahuan perihal fotografi, yaa jomplang yaa antara
hasil foto yang seharusnya dihasilkan sama kameranyaa… Sini sini kameranya buat
saya aja deh (situ oke motreknya mbak? hahaha…).
Di komunitas baru yang saya ikuti beberapa bulan terakhir
inilah saya belajar banyak. Sebuah wadah yang walau dibentuk di dunia maya,
namun bikin saya benar-benar melek bahwa saya masih serupa remahan keripik mak
icih, ahaha… 3 talented woman bikin sebuah proyek bernama 52 weeks food
photography project. Ya, selama setahun bakal ada 52 tema yang bakal digelar
buat membernya untuk belajar memotret yang baik itu seperti apa. 52 kali pula usaha
menampilkan karya yang gak boleh sekedar jepret, namun benar-benar dipikirkan
mulai dari kompo, lighting sampai property foto.
Adalah mbak Sefa Firdaus, mbak Tika Nilmada dan mbak Yulyan
Parwati. Sounds familiar yaa dalam dunia food blogger dan photography? Yak, dan
saya merasa sangat beruntung bisa berinteraksi langsung dengan mereka meski
hanya melalui medsos bernama Instagram dan Line. Di antara kesibukan padat
masih bisa menjawab dengan penuh kerendahan hati dan kesabaran pertanyaan
murid-muridnya yang beneran masih amatiran dalam memotrek itu keren banget. Mbak-mbak,
semoga ilmu yang kalian turunkan buat kami itu berkah dan menjadi ladang pahala
buat kalian semua yaa. Allahumma aamiin.
Sering loh saya dan pak ayah berburu senja dan sunset demi
sebuah foto cakep. Ke pasar tradisional demi hunting foto human interest. Ke hutan
demi sebuah foto daun yang sedang basah setelah hujan. Mengagumi ke-Maha
Besar-an Nya dalam sebuah frame foto itu luar biasa. Jadi wondering yaa,
seandainya saya punya gadget mumpuni, kendaraan yang oke punya seperti Toyota Agya yang keren yang hemat bahan bakar karena dia sudah termasuk golongan Low Cost and Green Car (LGCG), tampilan kece pula, bisa menjelajahi
pelosok daerah buat nyari spot bagus buat difoto bersama keluarga kecil saya, juga biar bisa ketemuan
dengan mereka yang sudah pro di bidangnya, pasti saya bakal seneng banget deh.
kalo saya nggak ikutan projectnya,jadi pembaca setia setiap komentar disetiap foto ixixixixixi...
ReplyDelete