saatnya jadi orang dewasa!
Bismillah…
Baru memasuki hari ke-6 Ramadhan, namun begitu bertubi ujian yang begitu menggoda untuk lemah iman dan merusak rencana yang sudah tersusun rapi. Entah
apakah karena ini Ramadhan, jadi ujian kecil pun menjadi tampak besar dan kami
lebay dalam menghadapinya.
Entah, kali ini saya merasa ‘sendirian’. Sendiri di
sini maksud saya adalah ‘hanya saya dan keluarga kecil saya ; saya, abang dan
anak-anak saja’. Sendiri dalam mengurai kekusutan benang permasalahan. Sendiri bertahan
untuk tidak roboh. Sendiri mencoba tetap berkeyakinan kami lebih’besar’
daripada masalah. Sendiri dengan keyakinan kami mengambil keputusan yang (kami
anggap) benar. Sendiri dengan keyakinan cukuplah Allah sebaik-baik penolong.
Terkadang bisa juga merasa benar-benar sendiri dalam artian
sebenarnya. Sekali lagi saya belajar memantapkan hati untuk tidak terlalu jauh
tenggelam dalam kegalauan dan dengan mudah menangis seperti yang sudah-sudah. Saya
mencoba untuk menerima bahwasanya inilah realita yang sebenarnya. Realita bahwa
ini memang permasalahan normal ‘orang-orang dewasa’. Dan saya pun (ternyata)
sudah dewasa. Bukan lagi anak kecil yang selalu mengandalkan orang-orang
terdekat untuk menyelesaikannya, sedangkan saya cuma memerhatikan dari jauh
lalu melanjutkan membaca novel Enid Blyton. Ya, kadang saya terkejut betapa
masa kecil saya sudah lama berlalu dan sekarang saya berada dalam fase dewasa
dengan seabrek permasalahan orang dewasa juga!
Entah mengapa bisa seperti itu. apakah karena selama hidup
saya (hampir) selalu bertemu dengan kemudahan-kemudahan lalu akhirnya
terkaget-kaget dengan realita ini. Atau dengan keberadaan abang yang selalu
menghandle semua urusan teknis rumah tangga, sehingga saya terbuai olehnya. Ya,
saya mengerti abang memang selalu ada untuk ‘pasang badan’ untuk saya, sekira
saya tidak tersakiti, terlelahi dan terbebani, karena sayangnya yang luar biasa
untuk saya. Dan uniknya hal itu menular kepada anak sulung saya, Reza. Pernah suatu
kali saya dan abang menjenguknya di pondok pesantren, dan waktu itu jadwal
pembayaran SPPnya. Karena ruangan ustadz-nya cukup jauh, Reza melarang saya
untuk ikut serta ke ruangan ustadznya, sembari bilang “Udah, mama di sini aja, capek
lho ma, ke sana, mama kan lagi hamil, biar Reza sama ayah yang ke sana…”. Dan ternyata
saya sedikit terbuai dengan kenyamanan-kenyamanan itu.
Ah, mungkin saya memang sedang lebay. Sebenarnya ini permasalahan
biasa. Pertentangan (yang berujung ancaman menakutkan perihal penyakit mematikan
yang bisa timbul kepada bayi) dengan bu bidan yang ingin memvaksin TT saya dan mengimunisasi
bayi saya kelak sementara saya dan abang sudah berkomitmen untuk tidak
mencemari janin dengan zat kimia apapun selama hamil, ini hal biasa, tidak
perlu membuat saya gelisah di penghujung malam karena dihantui
ketakutan-ketakutan absurd kan?
Juga tentang seseorang
yang awalnya berkomitmen untuk membantu meringankan beban kami merenovasi
rumah, ternyata itu hanya isapan jempol, itu juga hal biasa. Ya, biasa kan? Persoalan
orang (yang sudah) dewasa. Marah saja tak apa-apa, asal tidak sampai hangus sendiri dan menghanguskan sekeliling -- untungnya saya memang bukan tipe orang yang senang memperlihatkan dan mengumumkan kemarahan dengan melabrak orang yang sudah mengecewakan saya, karena saya terbiasa memilih diam dan menenggelamkan diri dalam pikiran-pikiran saya sendiri. Demikian juga dengan persoalan si janin yang terus saja
berputar-putar di dalam perut saya, sampai terasa sesak dan melelahkan, juga
hal biasa. Atau persoalan saya yang resah gelisah gundah gulana dalam
menghadapi persalinan kelak, juga sepertinya hal biasa… persoalan orang dewasa!
Tidak perlu lebay sampai galau dan menangis lah, Puji!
Saat ini saya belajar untuk tidak menghitung-hitung masalah.
Ya, baru mau belajar sebenarnya. Menggantinya dengan mengabsen nikmat-nikmat
yang sudah Allah beri kepada saya dan keluarga saya. Dan sungguh itu akan menjadi absen
yang sangat panjang…
cemangat sakmilyar mbakkkkk
ReplyDeleteinsyaAllah ibuk Caaa...:)
DeleteBerkah dan berlimpah... sukses mba yaaa
ReplyDeleteAllahumma aamiin... jazakallah kairan katsira mas :)
Deletecemungudh mbak eeee
ReplyDeletemu'uchee mbakyuuuu...:)
Delete