Cerita Untuk Semesta : Itu Mainan, Nak, Bukan Makanan...


Minggu, 14 April 2013




 “Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri.” Tere Liye, Sunset Bersama Rosie


Semalam, Nak, dua kakak perempuanmu berbuat ulah. Bukan, bukan saling mengganggu seperti biasanya. Entah darimana mereka mendapatkan ide, mainan lego plastic yang bawahnya berongga itu dipergunakan untuk minum, pura-puranya itu gelas, mungkin. Dan lego itu, nak, sudah sampai ke mulut mereka masing-masing.




Ayah yang saat itu sedang mencuci piring, melihat adegan tersebut. Seketika itu juga dia membilas bersih tangannya, lalu berjalan cepat kea rah kedua kakakmu, nak, refleks menjewer pelan telinga keduanya.

“Ini namanya mainan, nak, bukan gelas  untuk minum, apalagi kue untuk dimakan!” bentak ayahmu.



Seketika itu pula tangis meledak dari mulut kakakmu Jingga. Kakakmu yang satu lagi, Lubna, hanya cemberut tak terima.

Jarang ayahmu semarah itu, nak, termasuk ketika kakakmu memasukkan kaki boneka barbienya ke dalam gelas lalu mengaduk-aduknya, atau ketika kakakmu menggoreskan crayon ke seprei kasur dan menambah corak ke atasnya.

Tak berapa lama setelah itu, ayah memeluk kedua kakakmu, nak, lalu berkata lirih “Maafin ayah ya nak…” dan mama jawab pelan pula “iya, yah, Jingga ama kakak Lubna gak sengaja, maafin Jingga Lubna juga yah…” dan tangan mungil itu melingkar erat di sekeliling leher ayah.

Memaafkan, nak. Ya, memaafkan. Karena menyayangi itu berarti memaafkan. Based on love.

Namun bagaimana cara memaafkan kalau kau tak mencintai orang yang membuatmu marah? Seketika itu teringat akan mereka yang pernah menyakiti mama. Menyakiti begitu rupa sehingga mengingatnya saja bisa membuat jantung seperti berhenti  berdetak. Sesak.

Bagaimana bisa marah sampai semarah itu? Entahlah, nak.. Marah yang merusak jiwamu. Dendam yang membuat cacat hatimu. Kesedihan yang membuatmu tak ingin mengingat masa lalu yang sejatinya bisa membangun diri.

Bahkan Allah pun Maha Pengampun, ya Nak?
Bagaimana cara melebur dendam, nak.. Bagaimana…?

“Kegagalan kita untuk memaafkan, kesediaan kita untuk mengakui dendam, adalah penerimaan tentang batas. Setelah itu adalah doa. Pada akhirnya kita akan tahu bahwa kita bukan hakim yang terakhir. … Di ujung sana, Tuhan lebih tahu.
(Caping 1, h. 87)” Goenawan Mohamad

Karenanya, nak, ketika amarahmu masih berada di titik terendah, atau kesalmu belum mencapai puncak, bagilah pada mama, nak, atau pada ayahmu, siapapun yang membuatmu merasa nyaman. Bagilah pada saudaramu. Bagilah pada Sang Pembolak-balik Hati. Jangan sampai itu mematahkanmu. Jangan sampai itu menyeretmu ke dalam kubangan dendam.  

Barangkali dari kakak - kakakmu -- dan darimu kelak -- mama bisa belajar bagaimana cara mengikis kemarahan.
Belajar memaafkan.


وَلَا يَأْتَلِ أُو۟لُوا۟ ٱلْفَضْلِ مِنكُمْ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤْتُوٓا۟ أُو۟لِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱلْمُهَٰجِرِينَ فِى سَبِيلِٱللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌ




22. Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun 
 lagi Maha Penyayang, 

 Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a. bahwa dia tidak akan memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri 'Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh mema'afkan dan berlapang dada terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu. 
(An-Nuur-22)



Comments

Popular Posts