Perkara Menghadapi Kematian
Assalamu’alaikum…
Selamat pagi manteman J libur panjang yaaa,
mendung-mendung pula, cocok deh kruntelan di kasur, pake selimut dengan
anak-anak keluar masuk kamar, jejeritan riang, kadang bertengkar, kadang
nangis, kadang ketawa lepas, dengan pak suami di samping ngobrol perihal apa
saja, setelah sarapan cencunyaaah J
maka nikmat Rabb manakah yang kudustakan?
Beberapa hari kemarin, mendung
kian menggelayut parah beriringan dengan beberapa kabar kematian. Innalillahi wainna
ilaihi roji’un… suami salah seorang teman meninggal dunia, meninggalkan istri
dan kedua anaknya, setelah sekitar 3 tahun yang lalu puteri pertama mereka
meninggal juga… What a life. Semua terjadi cepat sekali. Beberapa jam
sebelumnya bahkan mereka tidak tahu akan terjadi apa terhadap hidup mereka. Bahkan
beberapa detik sebelumnya.
Saya yang sejak kabar kematian
itu sampai, sempat kepo di timeline almarhum dan teman saya itu, istrinya,
dengan isak sunyi di dalam hati, mencoba membayangkan perasaan teman saya itu
sembari tidak berhenti bertasbih, berharap Allah mengaruniakan kekuatan ekstra
kepada teman saya itu – menghadapi kesunyian yang mendadak, kesendirian yang
menghentak, denga kedua anak yang masih kecil-kecil. Allah memang Maha Kasih
Sayang, yaa, Dia menurunkan ujian kepada hambaNya yang memang mampu. Ah ya,
ternyata teman saya itu tabah sekali. Dan yang membuat saya trenyuh adalah,
betapa keluarga mereka memiliki banyak sahabat yang begitu mencintai mereka,
terlihat dengan banjirnya ucapan bela sungkawa dan pengantar jenazah. Semoga doa-doa
yang terus mengalir itu menjelma menjadi kekuatan buat keluarga mereka,
melapangkan kubur almarhum dan memudahkan urusannya di akhirat, allahumma
aamiin…
Hidup sebentar saja, sering kita
dengar kalimat itu. Tapi mendadak menjadi berubah sangat berarti ketika itu
menimpa orang terdekat, betul? Kematian mama saya tahun lalu mengubah pandangan
saya. Saya yang awalnya begitu percaya mama saya akan selalu sehat dan bisa
menyaksikan cucu-cucunya bertumbuh kembang, seketika puff… seperti bubble yang
pecah dan sirna di udara. Ya, seketika beliau pergi – gak kembali seperti
biasanya beliau berlibur ke tempat kakak-kakak saya – dan seketika itu juga saya
‘dipaksa’ menghadapi kenyataan mama sudah harus melanjutkan perjalanannya lagi
di kehidupan berikutnya. Tidak ada lagi mama yang setiap pagi mengetuk jendela
rumah saya membawakan cucu-cucunya kue, atau mama yang setiap sore duduk di
depan rumah mengajak saya mengobrol, atau mama yang setiap saat memanggil pak
ayah minta tolong dipijat kakinya…
Parahnya, saya punya sifat jelek
yang susah sekali saya hilangkan. Saya benci ditinggal. Saya benci melihat
orang-orang yang saya sayangi pergi, dan saya ditinggalkan begitu saja…L
Benar, begitu benar, bahwa
nasihat paling baik itu adalah kematian. Dia membawa banyak sekali pelajaran
berharga untuk yang masih hidup ini – untuk kaum yang berfikir, ya sekali lagi
untuk kita yang berfikir. Dia membawa sejuta risau tatkala mengingat, sudah
cukupkah sangu saya? Bisakah saya mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan dan usahakan selama di dunia, bahkan mili demi mili harta benda, detik
demi detik waktu, denyut demi denyut jantung yang memompa hidup yang saya bawa
ke mana dan melakukan apa? Dan di dalam kubur yang sempit, sunyi dan gelap itu,
bisakah bertahan sendirian menghadapi rentetan pertanyaan kedua malaikat pada
saya? Bisakah tanpa pertolongan suami, anak-anak dan handai taulan? :’( benar,
benar, benar sekali, saya takut :’(
Merapal rindu dan doa. Karena sekali lagi, kematian adalah nasihat paling baik.
Riuh rendah menjelma kosong yang sepi di waktu-waktu tertentu, seperti kelas yang mendadak sepi tak lama setelah lonceng pulang berbunyi.
Lonceng pulang, tanda kau harus pulang.
Tidak bisa tidak, aku, kau, kita semua pasti pulang. Tinggal bagaimana dan kapan. Tinggal bagaimana hasil ujiannya nanti.
Semoga rindu tergenapi di Jannah-Nya kelak. Semoga menjadi pertemuan yang tanpa pisah lagi...
“(Yaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa musibah, mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah Kami akan kembali.” [TQS al-Baqarah (2):156]
Ya Allah, ampunilah kami, baik yang masih hidup maupun yang telah mati, yang hadir di sini maupun yang tidak hadir, yang kecil maupun yang besar, yang laki-laki maupun yang wanita. Engkau Maha Tahu tempat kami dan tempat istirahat kami. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, barang siapa yang Engkau hidupkan diantara kami maka hidupkanlah di atas Islam dan sunnah (ahli sunnah). Barang siapa yang Engkau matikan diantara kami maka matikanlah di atas Islam dan sunnah. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Ya Allah ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, maafkanlah dia, baguskanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburnya, mandikanlah ia dengan air, salju dan embun, bersihkanlah ia dari dosa dan kesalahan sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Jadikanlah rumah yang lebih baik dari rumahnya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya, masukkanlah ia ke dalam sorga dan lindungilah ia dari azab kubur dan azab neraka. Lapangkanlah ia dalam kuburnya dan berilah ia cahaya di dalamnya. (HR. muslim)
i cant write a word but understand ur feeling mbak Puji. Waktu bapak ga ada itu juga mendadak, ga sakit, ga ada tanda2 apapun. then suddenly my world crumbled when he got an accident and died. secepat itu, tapi rasa sakit kehilangan masih berbekas sampai skrg.
ReplyDeleteyah, barangkali hanya kematian yang bisa mengingatkan kita betapa untuk selalu bersyukur setiap waktu dan life to the fullest. thanks for writing this and remind me
terbiasa ada kemudian mendadak tidak (akan pernah) ada (lagi) itu lah yang bikin bekas sakitnya itu terbawa sampai bertahun-tahun ya Ki. ya, sekarang tinggal kita dan urusan kita yang belum selesai di dunia. semoga kita bisa mengusahakan yang terbaik agar kelak bisa kembali berkumpul dengan beliau-beliau di jannahNya, aamiin. you're most welcome, Ki, ini lebih ke pengingat diriku, alhamdulillah kalau bisa bermanfaat :) *hugs*
Deletembaak, tengkyu tulisannya bagus banget
ReplyDelete#mbrebes mili dikantor..
aah mbaknya siapa yah ini, kok anonimus siiih? jazakillah khair mbaknyaaa, jangan baper ihihihi...:D
Delete