Bingka Kentang
Assalamu’alaikum ^^
“Tau gak sih kata mama gak boleh menggambar makhluk hidup?!”
“Taauuu... tapi kan Jingga gak pinter gambar rumaaaah...”
“Ya sudah, gambar pohon aja!”
“Tapi Jingga pengennya gambar rumah!”
“Ya sudah gambar rumah aja, jangan gambar orang!”
“Tapi gimana kalo gak bisa gambar rumah?!”
#%&%*^(&)_
“Taauuu... tapi kan Jingga gak pinter gambar rumaaaah...”
“Ya sudah, gambar pohon aja!”
“Tapi Jingga pengennya gambar rumah!”
“Ya sudah gambar rumah aja, jangan gambar orang!”
“Tapi gimana kalo gak bisa gambar rumah?!”
#%&%*^(&)_
Mumet gak sih yang denger? Atau seperti ini :
“Keisha, kata mama tuh gak boleh baca buku cerita prinses!”
(Keisha itu sepupu bocah)
“Kenapa emang Luna?”
“Karena prinses itu dongeng”
“Dongeng itu apa?”
“Dongeng itu kata bu guru cerita yang tidak benar-benar terjadi!”
“Ini tuh prinses, bukan dongeng!”
“Prinses itu bohongan, sama seperti dongeng, jadi gak boleh!”
“Aku kan baca prinses, bukan dongeng!”
@!$#&&)_&^&%
“Kenapa emang Luna?”
“Karena prinses itu dongeng”
“Dongeng itu apa?”
“Dongeng itu kata bu guru cerita yang tidak benar-benar terjadi!”
“Ini tuh prinses, bukan dongeng!”
“Prinses itu bohongan, sama seperti dongeng, jadi gak boleh!”
“Aku kan baca prinses, bukan dongeng!”
@!$#&&)_&^&%
Iyaaa, kadang kalo denger bocah
ngobrol begini tuh suka senyum-senyum sendiri walo agak mumet yes. Semangat bocah
yang sedang dalam tahap menyerap apapun yang diterimanya itu terkadang bikin saya
iri. Kenapa iri? Mereka bisa dengan gampang dan legowonya menerima doktrin yang
kedua orangtuanya berikan tanpa syarat apapun. Beda dengan saya, yang perlu
pembuktian dulu, yang awalnya selalu berkeluh kesah dulu, yang selalu
mengerutkan dahi sembari mikir “ah masak sih?” yang selalu pake acara mikir
tigabelas kali dulu. Anak-anak? Enggak, sama sekali. Mereka dengan mudah menerima
apapun yang mereka lihat dan dengar, mereka bisa dengan gampang meniru apa yang
mereka lihat, pulen, gak tertinggal satu pun. Ah, nak, sebenarnya bukan kalian
yang sedang belajar, tapi mama... Belajar menerima nasihat baik. Belajar menyerap
ilmu dengan mudah. Sami’na wa ato’na. Jangan berhenti mengajari mama ya Nak ^^
Seperti halnya puasa tahun ini. Semangat
yang mereka tunjukkan itu benar-benar bikin saya trenyuh. Minta dibangunin
sahur, begitu dibangunin, gak banyak cerita, langsung bangkit, cuci muka, dan
duduk dengan mata masih mengantuk, sesekali menguap di meja makan. Setelah makan,
dengan gontai berwudhu dan sikat gigi, sholat, trus bobok lagi. Aah, Nak, mama
dulu gak kayak gitu. Mungkin nenek sama kai mesti nyeret mama dulu biar mau
sahur ya, alih-alih sholat -_-“ You do
great, Girls!
Jadi gak salah ya ketika saya
selalu memutar otak untuk membuatkan sesuatu yang spesial untuk mereka berbuka
puasa, seperti halnya kemarin sore. Saya bikin bingka kentang khas Banjar yang
memang salah satu wadai yang biasanya hadir di meja makan untuk berbuka, karena
rasanya yang manis dan tekstur lembutnya itu, sangat pas memenuhi syarat
berbuka puasa. Di resep ini saya menggunakan oven yaa, artinya bingkanya dipanggang. Kalau teman-teman gak punya oven atau pengen yang teksturnya lebih lembut, boleh banget dikukus, jangan lupa apinya sedang saja dan tutup pancinya dibungkus serbet yaa. Gak kalah enak kok. Wanna try? Ini resepnya!
Bingka Kentang
(dimodifikasi dengan semena-mena dari resep Bingka Kentangnya Kiki)
(dimodifikasi dengan semena-mena dari resep Bingka Kentangnya Kiki)
4 butir telur bebek (saya pake telur ayam biasa)
500 ml santan kekentalan sedang
200 gram kentang, kukus atau rebus, haluskan
175 gram gula pasir
Sejumput garam
1 sendok tepung terigu (resep asli gak pake)
Kocok lepas telur dan gula asal rata saja, masukkan ke santan, aduk rata.
Masukkan kentang, tepung dan garam, aduk lagi menggunakan whisker.
Tuang di loyang bingka yang sudah diolesi margarin atau lapisi daun pisang / kertas baking.
Panggang di suhu 190' di api bawah kurleb 45 menit, pindah ke api atas 10 menitan atau sampai matang merata dengan bagian atas sedikit terbakar dari karamelisasi yang dibuat oleh api atas oven.
500 ml santan kekentalan sedang
200 gram kentang, kukus atau rebus, haluskan
175 gram gula pasir
Sejumput garam
1 sendok tepung terigu (resep asli gak pake)
Kocok lepas telur dan gula asal rata saja, masukkan ke santan, aduk rata.
Masukkan kentang, tepung dan garam, aduk lagi menggunakan whisker.
Tuang di loyang bingka yang sudah diolesi margarin atau lapisi daun pisang / kertas baking.
Panggang di suhu 190' di api bawah kurleb 45 menit, pindah ke api atas 10 menitan atau sampai matang merata dengan bagian atas sedikit terbakar dari karamelisasi yang dibuat oleh api atas oven.
Naah, jadi selamat mencoba, semoga suka dan bermanfaat, wassalamu'alaikum ^^
ahai bingka...saya suka banget bingka2an mba...
ReplyDeletedi sini malah jadi oleh-oleh khas Batam bingka2an ini mba, dengan bentuk bingka yang khas seperti bingka kentang mba Puji ini
iyaa ternyata kalimantan dan daratan sumatera serta beberapa kepulauan di sana memiliki akar yang sama ya, melayu, jadi kue-kue maupun banyak masakan khasnya banyak memiliki kesamaan ^^ hayuk bikin bingka Moniiiik ^^
Delete