Nasi Bakar



Assalamu’alaikum...

Beberapa waktu yang lalu seorang teman bertanya pada saya (dengan emo heran karena ini adalah percakapan di sebuah grup whatsapp) tentang ketiadaan televisi di rumah kami. “Serius mbak Puji gak punya tipi atau saluran tipi di rumah?” begitu tanyanya.

Yup, seperti yang pernah saya ceritakan, di rumah kami sudah lama sekali gak ada suara televisi. Sudah sekitar 4  tahunan lebih deh.  Awalnya karena memang saluran yang ada itu udah hampir semua gak ketonton. Paling sering ya kalo gak kartun channel, ya asian food channel. Selebihnya, gak mutu blass. Gak usah diceritain lah ya gimana mutu sinetron-sinetron jaman sekarang, saya mah mendingan gak nonton sekalian daripada harus ngeliat anak kecil dikasih peran antagonis yang dengan sombongnya melecehkan temannya yang miskin atau pengemis di jalanan atau akting bences yang sok lucu, apalagi acara-acara semisal dahsyat yang gak pake acara malu sedikitpun mengumbar aurat hanya beberapa sentimeter saja di depan audience. Big no no way.

Itulah sebab kenapa ketika seorang teman memberitahukan berita terkini di televisi, paling-paling saya cuma nyengir sembari bilang “gak tau”. Ada dong yang nanya "Trus kalo gak ada tipi, ngapain aja di rumah? Aneh banget deh ah rumah gak ada tipi!" Tetapi nyatanya saya dan suami lebih enjoy loh dibanding dulu waktu punya televisi. Kenapa? Nih saya kasih tau yaa alasan pertama kenapa saya lebih menyukai gak punya televisi di rumah. Saya itu pencemburu. Banget. Nah kalo acara makan malem atau makan siang, kan meja makan letaknya gak jauh dari televisi tuh? Ajakin aja pasanganmu mengobrol atau paling enggak, tanya sesuatu apalah padanya. Apa yang terjadi? Gak denger aja dong, soalnya mata, telinga dan seluruh fokusnya tertuju ke televisi. Haaaah saya malessss dikalahin sama televisi! Atau ajaklah anak-anakmu makan atau mandi atau belajar atau sholat, kalau mereka sedang asyik nonton televisi. Apa yang terjadi? “Ntar maaa nanggung, bentar lagi yaaa...” atau “bentar ma nunggu iklan!” huh, bete gak sih?

Beberapa waktu terakhir akhirnya setelah diberi tahu tentang mudharat televisi yang jauuuuh lebih banyak ketimbang enggak punya televisi, baiklah, ternyata pilihan kami selama ini sudah benar, alhamdulillah. Kebayang sekali berita-berita yang beredar belakangan tentang angka kriminalitas yang semakin melonjak, disajikan di jam-jam makan siang, sementara anak-anakmu sedang ada di depan televisi itu, lalu mereka bertanya “Ma, perkosaan itu apa sih? Kok anak-anak boleh memperkosa? Kok yang diperkosa juga anak-anak?” DOWEEENGGG!!! Bisa jawab gak? Saya sih enggak :’(

Internet adalah pilihan yang saat ini masih aman, buat saya dan suami. Anak-anak masih bisa mengakses situs aman dalam pengawasan ketat dan diberi batasan waktu juga. Maksimal 1 jam 3 hari sekali, dengan monitor menghadap ruang keluarga. Dan alhamdulillah, dengan internet juga kami terbantu mengakses banyak situs bermanfaat yang minim pemandangan gak senonoh seperti di televisi.

Teman-teman masih nonton televisi? Hehe...

Gak menonton televisi juga praktis membuat saya lebih banyak punya waktu untuk mengobrol sama suami, anak-anak, memasak dan ngeblog seperti sekarang. Seperti halnya seharian tadi sibuk saja di dapur menyiapkan buat bukaan puasa. Terinspirasi dari postingan Ayu di IG yang bikin nasi bakar, saya akhirnya pengen ikut bikin, tentunya dengan banyaaaak sekali modifikasi sana sini hehe... Nuhun Ayu! Bocah-bocah sukaaa, dan langsung habis! Alhamdulillah.



Untuk nasinya sendiri saya pake resep Ayu, aslinya resep ibu Fatmah Bahalwan NCC. Gurih enaaak banget deh, wanginya itu loh yang gak nahan, apalagi puasa-puasa gini! Nah saya masaknya dari jam 10 pagi, pake rice cooker biar praktis, trus langsung bikin isiannya saat itu juga, dengan rencana nanti sore mendekati waktu berbuka tinggal ngebungkus pakai daun pisang lalu dibakar sebentar di teflon. Makannya pake sambel dan kerupuk aja, sudah nikmat banget! Sayangnya sambel dan kerupuk gak ikut difoto, lupa, laper kak -_-.

Baiklah, ini dia resepnya :

Nasi Bakar
(Diadaptasi dari resep Nasi Bakar Ayudiah Respatih di Instagram)

500 gram beras, cuci bersih
750 mL santan kekentalan sedang (sesuaikan jenis beras masing-masing ya)
3 siung bawang merah, iris tipis, tumis sebentar
1 sdt ketumbar bubuk (resep asli gak pake)
1 batang sereh
Daun salam (saya gak pake)
1 sdt garam
½ sdt kaldu ayam bubuk (optional)

Daun pisang dan lidi (tusuk gigi) secukupnya

Isian :
1 papan tempe, potong kotak-kotak, goreng sebentar
1 buah kentang, potong kotak-kotak, goreng sebentar
1 dada ayam ungkep, suwir-suwir – kalau gak punya boleh ganti ayam rebus, sosis atau jamur, suka-suka deh
5 siung bawang putih, cincang kasar
Daun bawang, rajang
Cabe merah, iris tipis
1 sdt merica
1 sdm kecap inggris
1 sdm kecap manis
Gula dan garam
Kaldu bubuk (optional)
50 mL air
Minyak untuk menumis

Nasi :
Masukkan semua bahan ke dalam rice cooker, tekan tombol cook, biarkan matang.

Isian :
Panaskan minyak, tumis bawang putih sampai harum, masukkan ayam suwir, tempe dan kentang, aduk rata.
Masukkan cabe merah, kecap manis dan kecap inggris, gula, garam, kaldu bubuk, dan merica, serta air, aduk dan biarkan meresap.
Tambahkan daun bawang, aduk, matikan api.


Siapkan daun pisang, taruh nasi yang masih panas dan pulen, tata bahan isian di tengah, bungkus seperti lontong, semat lidi. Lakukan sampai bahan habis.
Panaskan teflon, panggang bungkusan nasi di atasnya sampai harum dan daun mulai berubah warna menjadi kecokelatan.


Baiklaaah semoga bermanfaat yaaa wassalamu'alaikum ^^


Comments

Post a Comment

Terimakasih yaa sudah mampir dan berkomentar ^^

Popular Posts